Update Haji NTB 2025: Enam Wafat, 13 Masih Dirawat

LOMBOK, iNewsLombok.id – Hingga akhir Mei 2025, jumlah jamaah haji asal NTB yang wafat di Tanah Suci bertambah menjadi enam orang. Penambahan dua jemaah ini menguatkan komitmen semua pihak untuk memberikan layanan terbaik bagi seluruh jamaah, baik yang sehat maupun sakit.
Sementara itu, jumlah jamaah yang masih dirawat menurun menjadi 13 orang, dengan kondisi yang terus dipantau oleh tim kesehatan.
“Bayangkan, ratusan ribu orang di Masjidil Haram termasuk di Masjid Nabawi ikut menyalatkan. Setelah itu, jenazah diurus oleh pemerintah Arab Saudi dan diikuti oleh kloter,” ungkap Kepala Kanwil Kemenag Provinsi NTB Zamroni Aziz.
Seluruh proses pemulasaran jenazah jamaah haji Indonesia dilakukan dengan penuh penghormatan dan dukungan penuh dari Pemerintah Arab Saudi, mulai dari salat jenazah di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi hingga pemakaman.
13 Jamaah Masih Dalam Perawatan Intensif.
Pemerintah Indonesia melalui PPIH Arab Saudi menerapkan kebijakan Murur bagi jamaah dengan kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk berjalan kaki saat prosesi haji.
Dengan kebijakan ini, jamaah akan tetap bisa mengikuti rukun haji melalui mobilisasi menggunakan ambulans khusus yang membawa mereka ke tempat wajib, seperti Muzdalifah dan Mina, kemudian kembali ke fasilitas kesehatan.
Langkah ini sangat membantu jemaah lanjut usia atau penderita penyakit kronis agar tetap dapat memenuhi rukun haji.
Tak hanya fokus pada penanganan medis fisik, PPIH juga menyiapkan layanan untuk jamaah yang mengalami gangguan mental atau kehilangan memori. Jika tidak memungkinkan melanjutkan ibadah secara langsung, maka pelaksanaan badal haji (haji pengganti) dilakukan oleh petugas resmi yang ditunjuk pemerintah.
“Komitmen pemerintah Indonesia, melalui PPH Arab Saudi dan Kementerian Agama, termasuk dukungan Pemerintah Arab Saudi, adalah tidak ada jemaah yang tidak terlayani dengan baik,” tegas Zamroni.
Selain bantuan medis, petugas non-kesehatan dari kloter dan sektor juga dilibatkan secara aktif untuk memberikan pendampingan psikologis dan spiritual kepada jemaah, khususnya yang sakit atau rentan secara emosional. Kegiatan ini disebut sebagai bimbingan ibadah dan spiritual healing, yang rutin dilakukan di setiap sektor.
Editor : Purnawarman