Domba tercatat 22.161 ekor. Dan Kambing tercatat 711.450 ekor dengan populasi terbanyak di seluruh NTB ada di Kabupaten Lombok Timur yaitu dengan populasi 114.324 ekor.
Untuk ternak unggas, potensi yang dimiliki NTB juga tak kalah melimpah. Populasi ayam buras mencapai 9.210.252 ekor. Ayam pedaging 13.499.453 ekor. Sementara itik mencapai 778.858 ekor.
HBK mencontohkan, bagaimana para petani di NTB selain menggarap lahan pertanian, mereka juga memiliki dan memelihara ternak di rumahnya. Memelihara ternak adalah cara para petani di NTB menabung. Saat mereka memiliki kebutuhan mendesak, mereka akan menjual ternak mereka untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut.
Yang berarti, hal tersebut akan mampu menghasilkan kenaikan pendapatan bagi para peternak sapi di NTB hingga empat kali lipat dari apa yang didapat saat ini. Di sisi lain, NTB juga memiliki potensi pakan yang cukup besar.
Baik untuk hijauan makanan ternak ataupun sumber-sumber pakan lainnya. Pun untuk pakan unggas.
NTB adalah salah satu provinsi penghasil jagung yang besar di Indonesia. Jagung produksi Bumi Gora bahkan sampai diekspor ke Jepang dan Filipina.
HBK pun mengapresiasi jika kini, Pemprov NTB sudah memulai menginisiasi Food Estate berbasis peternakan di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa. Pemprov di sana menyiapkan lahan hingga seluas 10 ribu hektare untuk pengembangan Food Estate berbasis peternakan ini.
Kelak, kawasan itu ditargetkan akan menjadi kawasan mandiri pangan yang terintegrasi.
“Tentu tak cukup hanya di Labangka. Pemerintah daerah juga harus menginisiasi hal serupa secara merata di P. Lombok dan P. Sumbawa,” kata HBK menekankan.
Dikatakannya, Food Estate tidak hanya bisa dibuat dalam skala besar. Namun, bisa pula dibuat dalam skala yang lebih kecil di desa-desa. Sebab, kata HBK, perwujudan swasembada pangan tidak perlu lagi membangun satu lahan luas. Karena, dimana ada permukiman, sawah, ternak, orang (petani dan peternak), maka di situ Food Estate bisa terlaksana.
Nantinya, jika hal tersebut sudah mewujud di NTB, maka dengan sendirinya, Bumi Gora akan menjadi daerah yang memiliki ekosistem Food Estate yang tangguh. Food Estate skala kecil di desa-desa, akan menjadi semacam rantai pasok yang berkelanjutan untuk Food Estate sektor peternakan yang berskala besar.
Sementara pada saat yang sama, lapangan kerja pun akan banyak tersedia. “Inilah swasembada pangan yang sesungguhnya, mengembangkan keunggulan kompetitif daerah yang dimiliki untuk mengembangkan diri," pungkas HBK.
Editor : Purnawarman