Dokter Alumni UI Tanggapi Dugaan Malapraktik Amputasi Tangan Balita di Bima: Sindrom Kompartemen

Purnawarman
Dokter Alumni UI Tanggapi Dugaan Malapraktik Amputasi Tangan Balita di Bima: Sindrom Kompartemen. ist

LOMBOK, iNewsLombok.id - Kasus malapraktik medis yang menyebabkan amputasi tangan seorang balita di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, memicu keprihatinan luas. Salah satunya datang dari dr. Riathul Ma’sita, seorang dokter asal Bima yang kini bertugas di salah satu rumah sakit di Riau.

Ia menyebut bahwa insiden yang terjadi di Puskesmas Bolo itu merupakan kasus sindrom kompartemen, kondisi medis serius yang terjadi akibat kesalahan dalam pemasangan infus.

“Ini parah memang kasusnya, Puskesmas Bolo. Sindrom kompartemen namanya, salah tusuk, bukan ke pembuluh darah malah ke tempat lain,” ujar dr. Sita, Senin (23/6/2025).

Sindrom Kompartemen: Kesalahan Fatal dalam Medis

Sindrom kompartemen terjadi ketika tekanan dalam otot meningkat secara ekstrem, menyebabkan gangguan aliran darah yang dapat merusak jaringan tubuh secara permanen. Dalam kasus ini, pemasangan selang infus yang tidak tepat menjadi pemicu utama.

dr. Sita menjelaskan, indikasi awal seperti pembengkakan dan perubahan warna kulit seharusnya menjadi peringatan dini bagi tenaga kesehatan (nakes).

Namun, ia menyoroti kurangnya respons cepat terhadap keluhan orang tua pasien sebagai faktor utama kelalaian.

“Sebenarnya, itu nggak cepat terjadinya. Jadi kalau memang nakes Puskesmas Bolo itu mau dengar keluhan pasien, sangat bisa ditolong dari awal. Diduga ini kan nggak didengar. Dari awal sudah pembengkakan, sudah merah, tapi malah didorong masukin obat terus,” jelasnya.

Infus Tidak Selalu Tanpa Risiko

Menurut dr. Sita, dalam prosedur standar pemasangan infus, keluar darah dari selang justru menunjukkan bahwa infus telah masuk ke pembuluh darah secara benar.

“Makanya sebenarnya kalau memang ada keluar darah di infus itu nggak apa-apa, itu tandanya benar masuk pembuluh darah. Tapi kalau bengkak, panas, anaknya rewel terus, apalagi sampai demam nggak berhenti-henti seperti kasus di atas, berarti sudah salah tuh. Harus cari akses pembuluh darah yang lain dari awal,” tambahnya.

Amputasi Dilakukan untuk Selamatkan Nyawa

Terkait tindakan amputasi yang terpaksa dilakukan, dr. Sita menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil untuk mencegah infeksi menyebar dan mengancam nyawa balita.

“Terus kenapa diamputasi, karena sudah infeksi. Kalau nggak diamputasi, nyawa anaknya yang hilang,” tegasnya.

Perkembangan Penyidikan Polisi

Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan atas dugaan malapraktik yang terjadi di Puskesmas Bolo, RS Sondosia, dan RSUD Bima. Sudah 17 saksi telah diperiksa, termasuk kepala puskesmas, dokter, dan perawat dari tiga fasilitas kesehatan tersebut.

Polisi akan menyusun laporan hasil penyelidikan (LHP) sebelum memutuskan apakah kasus ini layak naik ke tahap penyidikan.

Editor : Purnawarman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network