Dari Rp149 Triliun Merosot ke Rp47 T, Kekayaan Bos Gudang Garam Terjun Bebas setelah Viral PHK Masal

JAKARTA, iNewsLombok.id – Video suasana haru pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk viral di media sosial. Dalam rekaman itu, tampak puluhan karyawan saling bersalaman sebagai tanda perpisahan, menandai babak baru dalam perjalanan salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia.
Fenomena PHK massal ini disebut-sebut sebagai imbas dari kinerja keuangan perseroan yang terus mengalami penurunan. Kondisi tersebut juga berpengaruh langsung terhadap kekayaan sang pemilik, Susilo Wonowidjojo, yang merosot tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Forbes, kekayaan Susilo mulai tergerus sejak 2019. Saat itu, ia tercatat memiliki harta senilai 6,6 miliar dolar AS (sekitar Rp108,6 triliun). Padahal, di tahun sebelumnya (2018), kekayaannya mencapai 9,2 miliar dolar AS atau setara Rp149,9 triliun.
Penurunan tersebut berlanjut:
Tahun 2020: 5,3 miliar dolar AS (Rp87,2 triliun)
Tahun 2021: 4,8 miliar dolar AS (Rp79 triliun)
Tahun 2022: 3,5 miliar dolar AS (Rp57,6 triliun)
Tahun 2023: naik tipis ke 3,6 miliar dolar AS (Rp59,2 triliun)
Tahun 2024: kembali turun ke 2,9 miliar dolar AS (Rp47 triliun)
Meski begitu, Forbes menempatkan Susilo sebagai orang terkaya ke-23 di Indonesia tahun 2024.
Latar Belakang Penurunan
Industri rokok di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menghadapi tekanan besar. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
Kenaikan cukai rokok yang terus berlanjut setiap tahun.
Perubahan perilaku konsumen, terutama generasi muda yang mulai beralih ke produk alternatif seperti vape atau rokok elektrik.
Tantangan regulasi, termasuk pembatasan iklan dan kampanye kesehatan pemerintah.
Selain itu, tren global anti-tembakau juga memengaruhi daya saing Gudang Garam di pasar internasional.
Viral di Media Sosial
Viralnya video karyawan Gudang Garam yang berpelukan sambil menahan tangis menjadi sorotan publik. Banyak netizen menyampaikan rasa simpati kepada para pekerja yang terdampak PHK, sekaligus menyoroti masa depan industri rokok di Indonesia.
Editor : Purnawarman