LOMBOK,iNewsLombok.id - Progres penjualan tiket MotoGP mandalika semakin lesu menjelang perhelatannya 27-29 september 2024 yang tinggal menghitung hari. Diketahui per hari ini, tiket MotoGP Mandalika 2024 baru terjual 35 persen dari sekitar 125 ribu target penonton MotoGP.
Deputy General Manager The Mandalika Mamit Hussein membocorkan penyebabnya bahwa ada dua masyarakat enggan beli tiket MotoGP Mandalika 2024.
Masyarakat yang dari luar Lombok seperti di Jawa, Jakarta dan lain sebagainya cukup trauma dengan mahalnya harga akomodasi kamar hotel dan pesawat pada MotoGP 2022 dan 2023.
"Flightnya tinggi (harganya). Sehingga penonton yang menggunakan pesawat itu cukup menurunmenurun pasti. Jadi itu yang membuat kami kesulitan untuk meyakinkan mereka membeli tiket," ungkapnya
Mamit mengaku, banyak menerima keluhan dari para penonton soal mahalnya harga akomodasi sehingga mengurungkan niatnya mereka untuk membeli tiket MotoGP.
Persoalan kedua kata Mamit adalah karena kebiasaan masyarakat yang suka membeli tiket MotoGP pada last minute atau beberapa hari jelang MotoGP.
"Jadi saya diskusi dengan penyelenggara tiket dan festival, memang penonton itu tidak bisa cepat-cepat beli tiket. Makanya sekarang kita buat untuk promonya di awal-awal kemudian harga tiketnya nanti kembali normal," jelas Mamit.
Lebih lanjut Mamit Husein mengatakan, pihaknya telah melakukan push segala macam lini untuk mempromosikan tiket MotoGP. Mulai dari paket-paket bundling dan lain sebagainya.
Jika dibandingkan dengan nonton MotoGP di Sepang Malaysia sebenarnya jauh lebih murah dalam hal akomodasi. Menurut Mamit, meskipun harga tiket MotoGP Mandalika sudah murah namun persoalan harga kamar hotel masih melambung tinggi.
Diketahui hingga saat ini, total tiket MotoGP Mandalika 2024 yang sudah terjual tembus hingga 30 ribu lembar tiket MotoGP.
"Sebulan yang lalu masih 6 ribu. Sekarang kita sudah push dengan melakukan distribusi dan promosi di berbagai macam platform. Jumlah detailnya dan updatenya belum saya cek lagi," jelas Mamit.
Mamit berharap agar adanya kolaborasi antara pengusaha hotel, maskapai dan penyelenggara MotoGP. ITDC dan MGPA sudah membawa event sebesar MotoGP, sehingga efeknya diharapkan bisa banyak turis yang datang ke Lombok.
Penonton yang hadir tentunya akan menambah okupansi hotel, memperpanjang masa tinggal, UMKM untung, daerah juga semakin maju.
Mamit menjelaskan, dirinya banyak sekali menerima keluhan secara langsung maupun tidak langsung dari calon penonton soal tinggi harga kamar hotel.
"Dari komentar media sosial banyak yang keluhkan itu. Dari kita dan dari pihak ketiga yang menjual tiket juga sama. Saya benar-benar mengharapkan kolaborasi dari semua pihak untuk menyadari betapa pentingnya penyesuaian harga akomodasi," jelas Mamit.
Sebelumnya telah viral, ribetnya pesan harga kamar hotel hingga perubahan harga kamar yang melambung tinggi jelang MotoGP Mandalika viral di media sosial X setelah diunggah oleh akun pribadi @lucywiryono.
Lucy Wiryono merupakan pembawa acara MotoGP disalah satu televisi swasta dari tahun 2008 hingga tahun 2022.
Unggahan tersebut kini telah dibaca 1,2 juta orang, dibagikan oleh 1,1 ribu orang hingga dikomentari 294 warganet dengan ragam komentar.
Dalam unggahannya, Lucy Wiryono telah memesan paket kamar hotel pada 13 Agustus 2024 di aplikasi Agoda dengan harga Rp 6,8 juta untuk tiga malam.
Namun, pemesanannya tersebut harus menunggu persetujuan dari pihak hotel. Lucy diminta menunggu selama 24 jam. Ia juga telah melakukan charge kartu kredit sejumlah harga paket kamar hotel. Jika tidak disetujui hotel maka Lucy harus menunggu 30 hari untuk dikembalikan uangnya.
Namun, selanjutnya pada tanggal 14 Agustus 2024, pesanan kamar tersebut justru berubah harganya menjadi 8,2 juta. Lantas, Lucy selanjutnya menyebutkan jika memesan kamar hotel di Mandalika adalah bidding bukan booking.
"Logikanya, yang booking di tanggal 13/08/24 kaya gue.. ya mana mungkin diapprove lah. Kalo harga 14/08/24 lebih mahal. Ya pasti (hotel) ambil yang lebih mahal dong. Gak tau kalo besok dinaikin lagi. Semacam bidding jadinya, bukan booking," jelas Lucy dalam cuitannya.
Unggahan Lucy ini menuai ragam reaksi dari warganet. Semuanya berkomentar dan mengeluhkan harga akomodasi yang melambung tinggi jelang MotoGP.
Lucy Wiryono saat dikonfirmasi mengatakan, harga kamar saat MotoGP bukan hanya pada tahun 2024, bahkan pada MotoGP 2022 dan 2023 sudah melambung tinggi.
Lucy menjelaskan, dirinya bersama tim memang tidak booking kamar langsung atau direct ke hotel melainkan melalui aplikasi pemesanan.
"Harga kamar yang baik sudah bertahun-tahun memang sudah seperti itu. Dan memang sudah pasti begitu, dan memang harganya naik. Cuma saya rasa ndak ada satupun konsumen yang merasa nyaman kalau harganya tinggi (kamar hotel) untuk apapun ya," jelas Lucy saat dikonfirmasi Kamis, (5/9/2024).
Meski demikian, Lucy mengaku tidak bisa disalahkan pihak hotelnya. Menurut Lucy, penyebab kenaikan harga kamar hotel adalah karena okupansi kamar hotel sepanjang tahun tidak stabil atau terkait persoalan supply & demand.
Jika dibandingkan dengan Bali, maka sudah diketahui okupansi kamar hotelnya bahkan sudah overload turis yang masuk ke Bali. Sehingga jika ada kenaikan harga kamar hotel, maka tidak terlalu jauh atau melonjak tinggi.
"Artinya apa? Ekosistem pariwisata di Bali jalan sepanjang tahun tidak hanya mengharapkan satu event tertentu. Kalau ada event tertentu misalnya liburan akhir tahun atau libur lebaran maka pasti naik, tapi kenaikannya masih normal," jelas Lucy.
"Tapi kalau di Lombok naiknya luar biasa karena ada MotoGP dan tidak ada pilihan terutama hotel-hotel di dekat lingkar sirkuit. Tapi memang tidak bisa disalahkan hotelnya, tidak bisa kita bilang hotelnya harus punya nasionalisme demi Indonesia. Kalau saya punya Hotel di Lombok saya akan melakukan hal yang sama juga," sambung Lucy.
Lucy mengungkapkan, ekosistem pariwisata yang baik merupakan peran dari pemerintah terutama pemerintah Provinsi NTB.
Pemprov NTB melalui dinas pariwisata ataupun dinas terkait lainnya perlu membuat event supaya tingkat okupasi hotel tinggi sehingga tidak hanya mengharapkan MotoGP semata.
"Saya juga punya teman di Lombok. Ya memang Lombok sepi kok kalau ndak ada MotoGP. Lombok itu sepi sekali, bukan destinasi utama orang untuk pergi ke Lombok untuk liburan," jelas Lucy.
Lucy menyebutkan, nonton MotoGP ke Mandalika memang perlu dipikirkan berkali-kali. Bukan hanya harga kamar hotel yang mahal, tapi melihat harga tiket pesawat yang mahal juga membuat malas ke Lombok.
Dikatakan Lucy, Indonesia merupakan negara yang besar. Kalau misalkan ada penggemar MotoGP yang tinggal di Aceh ingin nonton MotoGP. Penerbangan dari Aceh ke Lombok jauh lebih mahal daripada Aceh ke Australia.
"Mendingan dia pergi ke Sepang Malaysia daripada ke Mandalika. Dan tentunya lebih murah juga. Jadi dari tiket pesawat juga perlu disoroti, bukan hanya hotel. Tiket pesawat juga mahal dari mana-mana pun ke Lombok itu sangat terbatas. Hanya ditambah kalau ada event seperti MotoGP, itupun naik lagi harganya," jelas Lucy.
Lebih lanjut Lucy mengungkapkan, sebenarnya lebih baik menonton MotoGP di Sepang Malaysia dibandingkan menonton MotoGP di Mandalika.
Karena setiap konsumen itu pasti akan membanding-bandingkan harga akomodasi dan pasti akan lebih memilih yang lebih murah.
Apalagi penggemar MotoGP kebanyakan bukan dari kalangan yang memiliki uang banyak sekali. Tapi datang dari masyarakat menengah yang menabung satu tahun penuh untuk bisa menonton MotoGP.
Lucy menyebutkan, sebelum ada Mandalika, Sepang Malaysia memang menjadi pilihan utama. Memang awalnya adanya dibuat MotoGP Mandalika adalah agar penggemar Mandalika tidak perlu ke luar negeri.
"Tapikan sekarang kalau kita bandingkan. Liat deh aplikasi travel aja kita buka. Mulai dari pesawat, hotel, kita hitung dengan harga yang sama, hari yang sama. Maka di Sepang jauh lebih murah. Jauhhh," jelas Lucy.
Lucy menjelaskan, harga kamar hotel dari tahun lalu hingga sekarang tetap sama tidak berubah. Ada ataupun tidak ada MotoGP tetap tidak akan berubah.
Meskipun Lucy booking kamar hotel mepet MotoGP masih tetap bisa dengan harga yang sama. Sementara kalau pesawat dari Jakarta ke Lombok menghabiskan sekitar Rp 3,8 juta menggunakan garuda. Sedangkan dari Jakarta ke Kuala Lumpur Malaysia hanya Rp 1,5 juta.
Lucy mengharapkan supaya Pemprov NTB tidak hanya mengandalkan MotoGP karena awal dibangunnya Sirkuit Mandalika untuk meningkatkan perekonomian di NTB.
Lebih-lebih setelah World Superbike sudah tidak ada lagi di NTB. Artinya hal ini menjadi warning bagi Pemprov NTB, jangan sampai MotoGP tidak ada juga.
"Meskipun secara gengsi Superbike jauh kalah dibandingkan MotoGP, namun jika hal ini terus menerus terjadi dan ada pembanding yang lebih dekat seperti halnya Sepang atau bahkan Thailand yang lebih murah juga disana. Nanti lama-lama dengan harga yang terlalu jauh, maka orang lama-lama males," beber Lucy.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait